DOA MERUPAKAN PROYEKSI PERBUATAN KITA,
AMAL KEBAIKAN KITA PADA SESAMA MENJADI DOA
TAK TERUCAP YANG MUSTAJAB.
Kalimat sederhana ini merupakan kata kunci
memahami misteri kekuatan doa; doa adalah seumpama cermin !!
Doa kita akan terkabul atau tidak tergantung dari amal kebaikan yang
pernah kita lakukan terhadap sesama. Dengan kata lain terkabul atau gagalnya
doa-doa kita merupakan cerminan akan amal kebaikan yang pernah kita lakukan
pada orang lain. Jika kita secara sadar atau tidak sering mencelakai orang lain
maka doa mohon keselamatan akan sia-sia. Sebaliknya, orang yang selalu menolong
dan membantu sesama, kebaikannya sudah menjadi “doa” sepanjang waktu, hidupnya
selalu mendapat kemudahan dan mendapat keselamatan. Kita gemar dan ikhlas
mendermakan harta kita untuk membantu orang-orang yang memang tepat untuk
dibantu. Selanjutnya cermati apa yang akan terjadi pada diri kita, rejeki
seperti tidak ada habisnya! Semakin banyak beramal, akan semakin banyak pula
rejeki kita. Bahkan sebelum kita mengucap doa, Tuhan sudah memenuhi apa-apa
yang kita harapkan. Itulah pertanda, bahwa perbuatan dan amal kebaikan kita
pada sesama, akan menjadi doa yang tak terucap, tetapi sungguh yang mustajab.
Ibarat sakti tanpa kesaktian. Kita berbuat baik pada orang lain, sesungguhnya
perbuatan itu seperti doa untuk kita sendiri.
Dalam tradisi spiritual Jawa terdapat suatu rumus misalnya :
1. Siapa gemar membantu dan menolong orang lain, maka ia akan selalu
mendapatkan kemudahan.
2. Siapa yang memiliki sikap welas asih pada sesama, maka ia akan disayang
sesama pula.
3. Siapa suka mencelakai sesama, maka hidupnya akan celaka.
4. Siapa suka meremehkan sesama maka ia akan diremehkan banyak orang.
5. Siapa gemar mencaci dan mengolok orang lain, maka ia akan menjadi orang
hina.
6. Siapa yang gemar menyalahkan orang lain, sesungguhnya ialah orang lemah.
7. Siapa menanam “pohon” kebaikan maka ia akan menuai buah kebaikan itu.
Semua itu merupakan contoh kecil, bahwa perbuatan yang kita lakukan
merupakan doa untuk kita sendiri. Doa ibarat cermin, yang akan menampakkan
gambaran asli atas apa yang kita lakukan. Sering kita saksikan orang-orang yang
memiliki kekuatan dalam berdoa, dan kekuatan itu terletak pada
konsistensi dalam perbuatannya. Selain itu, kekuatan doa ada pada ketulusan kita
sendiri. Sekali lagi ketulusan ini berkaitan erat dengan sikap netral dalam
doa, artinya kita tidak menyetir atau mendikte Tuhan.
Berikut ini merupakan “rumus” agar supaya kita lebih
cermat dalam mengevaluasi diri kita sendiri;
- Jangan pernah berharap-harap kita menerima (anugrah), apabila kita enggan dalam memberi.
- Jangan pernah berharap-harap akan selamat, apabila kita sering membuat orang lain celaka.
- Jangan pernah berharap-harap mendapat limpahan harta, apabila kita kurang peduli terhadap sesama.
- Jangan pernah berharap-harap mendapat keuntungan besar, apabila kita selalu menghitung untung rugi dalam bersedekah.
- Jangan pernah berharap-harap meraih hidup mulia, apabila kita gemar menghina sesama.
Lima “rumus” di atas hanya sebagian contoh. Silahkan para pembaca yang
budiman mengidentifikasi sendiri rumus-rumus selanjutnya, yang tentunya tiada
terbatas jumlahnya.
Resume
Doa akan memiliki kekuatan (mustajab), asalkan kita mampu memadukan empat
unsur di atas yakni : hati, ucapan, pikiran, dan perbuatan nyata. Dengan syarat
perbuatan kita tidak bertentangan dengan isi doa. Di lain sisi amal
kebaikan yang kita lakukan pada sesama akan menjadi doa mustajab sepanjang
waktu, hanya jika, kita melakukannya dengan ketulusan.
Setingkat dengan ketulusan kita di pagi hari saat “membuang ampas makanan” tak
berarti.
0 komentar:
Posting Komentar